Terbang

X : batu apa yang bisa terbang?
Y : ...
X : batu ajaib
Y : (...krik...krik...krik...) *suara jangkrik


Ini postingan pertama di blog ini, jadi akan saya usahakan kelihatan cerdas.
Sekarang sudah hari puasa yang ke-4, gak terasa ya? Berarti bentar lagi lebaran (kecerdasan saya mulai terlihat). Ya, cukup basa-basinya, kita langsung ke topik pembicaraan.

Seperti tebak2an yang sangat (tidak) lucu di atas, saya akan membahas tentang ‘Terbang’. Pernahkah kalian bermimpi untuk terbang? Bukan terbang pake pesawat, tapi seperti Superman, Son Goku, Gatot Kaca, dan sejenisnya.
Saya dulu, ketika kecil (seingat saya, saya pernah kecil) pernah berharap agar bisa terbang. Berbagai cara dilakukan, pake handuk diikat di leher (ngikut Superman), pengen ngecat rambut jadi kuning (kayak Son Goku), ngemut2 kawat dan besi (biar kayak Gatot Kaca), tapi semua nihil, tak ada hasil (ya iyalah, ngemut2 kawat dan besi, masih hidup aja untung).
Terbang itu sepertinya enak. Kalo tiba2 kita iseng pengen megang lampu yang nempel di langit2, bisa dengan mudah. Kalo tiba2 pengen kentut, bisa kentut diatas. Kalo piring nyangkut diatas pohon (orang cerdas suka lempar2 piring ke atas pohon), bisa diambil juga dengan mudah.
Baru2 ini saya meng-google (gak enak dibaca ya, meng-google) dan saya temukan tentang manusia2 yang bisa terbang tanpa menggunakan alat apapun. Gak tau betulan apa gak. Bahkan katanya ada latihannya, yaitu Yogic Flying. Jadi pengen...
Tapi seiring pertumbuhan umur saya sampai saat ini, saya sadar kalo terbang itu bisa, tapi harus ada alatnya. Bisa pake pesawat, bisa juga pake gantole (sejenis layang2 yang besar dimana kita ikut terbang di layang2 itu, ada yang pake mesin ada juga yang gak pake), pake roket, atau pake baling2 bambu (kayak doraemon).
Dari semua alat yang ada, sepertinya yang paling mencerminkan terbang adalah gantole. Karena disitu kita bisa merasakan angin berhembus membelai wajah kita (puitis) dan kita bisa merasakan kaki kita tergantung bebas tanpa menginjak apapun, tidak seperti di pesawat dimana kita menginjak lantai pesawat. Dan kalo di pesawat kita nekat membuka jendela hanya untuk merasakan angin membelai wajah kita, siap2lah wajah kita akan dibelai dengan keras (bahasa halusnya : ditampar) oleh seluruh penumpang dan kru pesawat. Itupun kalo pesawatnya gak jatuh duluan.
Suatu saat, ya, suatu saat, mudah2an saya bisa mencoba terbang pake gantole. Saya ingin terbang. Keinginan itu tetap ada sampai sekarang. Saya ingin bisa menyentuh awan dengan tangan, saya ingin bisa merasakan lembut dan dinginnya awan.
Sebuah nasihat yang cukup indah menurutku.


Jika kau ingin terbang, terbanglah setinggi-tingginya. Karena jika nanti kau jatuh dan tidak bisa terbang lagi. Tidak akan ada penyesalan, karena kau sudah pernah mencapai batas tertinggimu. Batas yang mungkin orang lain tidak pernah mencapainya.

6 komen:

  1. Alfit mengatakan...
  2. nice blog..
    yogic flaying itu apa?kenapa ga dibahas lebih lanjut?hehe..

  3. Batu mengatakan...
  4. @alfitandreal : kapan2lah saya bahas tentang yogic flying. cari2 ide dulu..
    Makasih sudah mampir ya..

  5. Anonim mengatakan...
  6. nasihatnya sungguh dalam ... membuatku tersentuh mas ... makasi :)

  7. Batu mengatakan...
  8. @tentangnea : (*_*) jadi malu...

  9. AkaneD'SiLa mengatakan...
  10. jangan takut untuk terbang
    :D

  11. Dinda Rahmawulan mengatakan...
  12. yogicflying?
    kata" yg ckup mnarik, knp gk d ulas aja skalian??
    ^^

Silahkan Komen