Jalan

X : Kenapa batu gak bisa jalan?
Y : ... (berpikir)
X : Karena gak punya kaki...
Y : betul juga !!! kamu pintar ya... (mulai jadi bodoh karena sering tebak2an)

Sebelumnya saya minta maaf karena lama sekali baru sempat meng-update ini blog. Itu karena.. eh.. karena... jadi begini... eh... begitu... Sudah mengerti kan? Harap dimaklumi... Makasih... (kalo penjelasannya kayak gini, sampe mati pun gak bakalan bisa maklum)
Langsung ke topik tulisan yang akan saya bahas, yaitu “jalan”.
Saya sangat suka jalan2, apalagi kalo ke tempat2 yang belum pernah saya datangi, seperti ke rumah pak Lurah, toilet cewek, dan beberapa tempat lainnya. Jalan2 sudah menjadi salah satu hobi saya. Saking sukanya saya sama jalan2, tiap jalan2 saya pasti pake celana (ok, ini memang gak nyambung, tapi jangan tanya kenapa).
Kali ini saya akan menuliskan beberapa info yang mungkin Anda belum tahu tentang “jalan”. Tahukah Anda bahwa terdapat Undang-Undang tentang jalan, yaitu UU 38 tahun 2004? Tahukah Anda bahwa nama jalan yang paling panjang adalah Dwudziestego Pierwszego Praskiego Pułku Piechoty imienia Dzieci Warszawy, yaitu nama jalan di Polandia? Tahukah Anda bahwa “jalan” terdiri dari dua huruf “a”? Tahukah Anda bahwa semua info ini saya dapat dari google? Tahukah Anda bahwa jalan rumah saya bernama “Jl. H. Jahrah”? Tahukah? Tahukah?
Mungkin cukup sekian info yg bisa saya berikan tentang “jalan”. Saya yakin Anda sekarang merasa menjadi lebih pintar. Tidak perlu berterima kasih, cukup cium kaki saya saja. (dikejar massa)
Kembali tentang saya yang suka jalan. Saya mau cerita sedikit. Kemarin, tepatnya 2 hari yg lalu, saya jalan2.
OK, cukup...
Biasanya orang berjalan2 karena ada suatu alasan dibalik itu, baik karena pengen menjelajah, menghilangkan stress, ataupun hanya sekedar meng-olahraga-kan kaki. Menilik sedikit tentang “jalan2”nya para wakil rakyat ke beberapa Negara di luar sana, yang katanya menghabiskan dana yang tidak sedikit (kita sebut saja ‘banyak’),dengan alasan demi membuat negeri ini menjadi lebih baik. Sepertinya itu bisa dimaklumi. Toh, niat seseorang tidak ada yang bisa tahu kecuali Tuhan dan orang itu sendiri.
Jadi marilah kita berbaik sangka saja, tapi jika ternyata niat mereka memang pengen jalan2 saja, maka GO TO HELL kalian semua !!!!! (maaf agak sedikit kasar, bukan maksud hati, tapi memang begini adanya... syalala..la..*lagi nyanyi).
Kembali tentang saya lagi...
....
Ya sekian..

“Ada banyak sekali jalan, jika kita mau mencari.”

Bencana

X : ....
Y : ....

Kali ini di postingan ini, saya akan menuliskan sedikit tanggapan saya tentang beberapa kejadian yang terjadi di Indonesia baru2 ini. Banjir di wasior, tsunami di mentawai, dan letusan gunung Merapi betul2 merupakan kejadian yang sungguh memilukan.
Kali ini kita tidak bisa menyalahkan siapa2. Jika ingin menyalahkan seseorang, salahkanlah diri kita sendiri. Gak perlu nyebut kalo bencana ini terjadi karena warganya jahat lah, suka melakukan maksiat lah, pemimpinnya gak becus lah. Gak perlu menyalahkan siapa pun. Toh kita ini hanya manusia yang gak mungkin bisa tahu alasan sebenarnya kenapa bencana ini harus terjadi.
Terlebih jika ada orang yang berani menyalahkan Tuhan untuk semua kejadian ini. Di setiap peristiwa selalu ada hikmah yang terkandung. Mungkin saya sendiri pun gak bakalan tahu apa makna yang terkandung dari kejadian ini. Tapi yakinlah bahwa selalu ada hikmah di setiap kejadian, walaupun itu berupa bencana. Jadi jangan pernah sekalipun menyalahkan Tuhan atas apapun yang terjadi. Kadang hal yang menurut kita baik dan yang menurut Tuhan baik bagi kita, berbeda. Cuma Tuhan yang bakalan tahu apa yang terbaik bagi umatnya.
Dan gak perlu juga kita menyalahkan pemerintah atas bencana ini. Gak perlu kita jadi peng-kritik pemerintah, peng-kritik terhadap Negara kita sendiri. Negara ini sudah kebanyakan tukang kritik. Bahkan mungkin seorang tukang ojek, atau tukang sapu jalanan pun mungkin punya kritikan yang lebih pedas daripada para kritikus2 yang ada. Terlalu mudah untuk menjadi si tukang kritik. Terlalu mudah untuk menyalahkan seseorang atau sesuatu jika suatu hal tidak berjalan seperti keinginan. Sangat mudah untuk terus mencari kambing hitam atas semua permasalahan.
Tapi Negara ini gak perlu orang2 seperti itu. Orang2 yang bisanya cuma bicara saja, cuma bisa cuap2 saja. Saya lebih menghargai tukang sampah yang setiap hari mengambil sampah di selokan agar tidak tersumbat dan mengakibatkan banjir, daripada para kritikus berpangkat, berpendidikan yang bisanya cuma berkata2, menghujat pemerintah tanpa melakukan hal yang sedikitpun berarti.
Saya sangat menghargai dan berterima kasih kepada para relawan yang mau mengorbankan harta, raga, dan jiwanya untuk membantu saudara2 kita yang sedang tertimpa bencana. Terlepas dari apakah mereka ikhlas atau tidak dalam memberikan bantuan, saya sangat menghargai bantuan mereka. Tidak perlu kita repot memikirkan apakah si relawan itu dari partai A, atau partai B, atau membawa aliran agama tertentu, ataupun merupakan ajang penyombongan diri agar terkenal. Yang paling penting adalah mereka sudah mau membantu. Menurut saya itu lebih baik, daripada orang yang cuma bisa diam saja.
Maaf di postingan saya kali ini tidak ada yang cukup lucu untuk membuat kalian tertawa. Tapi jika kalian mau tahu sesuatu yang lucu, silahkan direnungkan :

  • saat saudara2 kita diluar sana kesulitan untuk mencari makan, kita bisa dengan mudah makan 3 kali sehari, dan lupa untuk bersyukur,
  • saat saudara2 kita diluar sana kedinginan karena tinggal di tenda pengungsian, kita bisa tidur dalam kamar kita yang hangat, dan lupa untuk bersyukur,
  • saat saudara2 kita diluar sana terluka, sakit, dan sekarat, kita masih bisa berjalan2 dan bermain dengan teman2 kita, dan lupa untuk bersyukur,
  • saat saudara2 kita diluar sana meneteskan air mata karena saudara mereka, orang tua mereka, atau anak mereka meninggal karena bencana, kita masih bisa tertawa, bahkan terbahak2, dan lupa untuk bersyukur.
Sudah cukup lucu? Apa kalian sudah tertawa?

Untuk Indonesia-ku, untuk saudara2-ku....

Inggris-isme

X : apa bahasa Inggrinya Batu?
Y : stone
X : ya, betul
Y : ...sudah.. gitu aja.. dasar tebak2an gak mutu... *ngambil shotgun, bidik, DOOR!!!

Maaf ya, lama sekali saya baru sempat menulis di blog ini. Terkendala banyak halang dan rintangan (halah).
Kali ini saya akan menulis tentang salah satu fenomena yang mungkin kita sadari atau tidak kita sadari, yaitu Inggris-isme (nulis ngasal). Intinya, kita jadi lebih senang menggunakan, mendengar, ataupun melihat hal2 yang berhubungan dengan bahasa Inggris.
Mungkin ada sebagian orang yang akan berkata, “ ah, saya gak gitu loh.. I love Indonesia” atau “akhyu tyuh gyak syuka phake bhahasya inggris”(dengan gaya Cinta Laura). Bahkan seorang bule berkata “saya lahir di Inggris..”. Penjual2 alat pertukangan pun banyak yang berteriak2, “KUNCI INGGRIS, KUNCI INGGRIS....”. Lihat? Seberapa dahsyatnya pengaruh bahasa Inggris pada masyarakat kita.
Memang, ketika seseorang berbicara dan menggunakan bahasa Inggris pada beberapa kata, hal itu akan membuat seseorang itu menjadi terlihat lebih pintar, cerdas, dan pirang(??). Orang2 pun lebih cenderung mengaitkan cantik itu pada orang2 bule yang berasal dari luar negeri. Ketika melihat seorang bule yang kulitnya putih, hidungnya mancung, rambutnya pirang, dan ngomong pake bahasa Inggris, maka akan banyak orang yang bilang “cantik ya..”, “pintar ya ngomong bahasa Inggrisnya..”, atau “jadi laper...”. Iya, kata2 yang terakhir tadi karena lapar, bukan karena hal lainnya (positive thinking please..).
Sama seperti kita menonton film. Kita lebih senang menonton film yang berjudul ‘Superman’, coba kalo diganti jadi ‘Manusia Super’ pasti peminatnya kurang banyak. Dan film2 lainnya yang kita lebih senang kalo judulnya pake bahasa Inggris. Batman=Manusia Kelelawar, Astro Boy=Bocah Astro, How to Train Your Dragon=Bagaimana Cara Melatih Naga Anda. Entah kenapa, semua film tadi seandainya dibuat jadi berjudul bahasa Indonesia, agak kehilangan daya tariknya.
Sama juga seperti nama. Entah kenapa nama John terlihat lebih keren dibanding Jono ataupun Paijo. Kalau kita mendengar nama ‘Tukiyem’ (mohon maaf bagi yang bernama Tukiyem, tidak ada maksud terselubung di balik tulisan ini), pasti kita langsung berpikir, “ni orang kayaknya pembantu”. Sedangkan bila kita mendengar nama ‘Angel’, kita akan langsung berpikir, “ni orang kaya, mungkin artis”. Begitulah masyarakat kita, terlalu mudah menilai orang, bahkan hanya dari namanya saja.
Ya, saat ini masyarakat kita sudah terlalu banyak teracuni dengan dunia barat dan segala tetek bengeknya. Terlalu banyak film, buku, dan hal2 lainnya yang berasal dari barat. Mengambil ilmu, pelajaran dan hal2 baik lainnya boleh saja, tapi jangan sampai kita lupa kalau di Negara kita sendiri ini ada banyak hal yang dapat kita pelajari. Kita harus dapat memilah dan memilih mana yang baik dan yang buruk. (omongan saya mulai serius, pasti gara2 hari ini hari minggu. Apa coba hubungannya?)
Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar2nya kepada para seniman tanah air yang dapat menciptakan karya2 seni asli Indonesia, baik itu film, novel, drama, tarian, atau apapun itu, bahkan banyak yang sudah sampai dan diakui di mancanegara. Saya pengen seandainya nanti saya ke luar negeri dan ngomong pake bahasa Indonesia, misalnya ngomong, “sandal jepit saya putus”, maka orang2 disana jadi kagum dan bilang “ganteng ya, bisa bahasa Indonesia’, “Indonesian is cool..”, atau “ jadi laper...” (laper karena belum makan). Ya, mudah2an suatu saat nanti bisa seperti itu.
Masyarakat kita terlalu banyak yang hanya menilai dari penampilan, bahkan hanya dari namanya saja yang berbau ke-Inggris-an.

Kata2 bijak di postingan kali ini :

“Don’t judge a book by its cover, nor from its title”
(tuh kan postingan ini jadi keren, gara2 pake bahasa Inggris.. Ngomong2 itu kalimat artinya apa ya???)

Kemerdekaan

X : Bagaimana cara batu merayakan kemerdekaan?
Y : ...
X : Dengan diam
Y : (...krik...krik...krik...) * jangkrik yang sama dengan postingan terdahulu
Berhubung hari ini tanggal 17 Agustus, dan tanggal di kalender lagi merah, jadi saya bakalan posting.
Tahun ini saya merayakan 17 Agustus-an bukan di kota kelahiran saya lagi. Ya, tuntutan pekerjaan sehingga saya harus keluar dari kampung halaman tercinta (hiks..hiks.. tunggu Mak, bentar lagi saya pulang...).
Disini perayaan yang ada kurang begitu menarik dan meriah. Sepertinya orang2 mulai pada lupa kalau tepat 65 tahun yang lalu pada hari ini, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Ya, walaupun 65 tahun yang lalu saya belum lahir dan menyaksikan proklamasi secara langsung.
Dulu waktu saya masih kecil dan tinggal di kampung, tiap 17-an selalu banyak lomba2 yang diadakan, seperti panjat pinang, balap karung, masukkan paku dalam botol, bawa kelereng pake sendok di mulut, nyanyi, nari, pawai (parade), dll. Dan dulu, saya biasanya selalu ikut lomba2 yang diadakan. Ya, hanya untuk senang2 saja.
Disini, suasananya sunyi, gak ada lomba2 buat anak2 kecil. Sepertinya anak2 kecil sudah teracuni oleh hal2 lain yang menurut saya tidak begitu bagus, seperti game online, facebook, BB, PS2, dan permainan lain yang kurang mendidik. Jadi mereka berpikir, buat apa main permainan yang sudah ketinggalan jaman.
Haahh... (ni lagi menghela napas, maaf kalo suaranya aneh). Anak2 sekarang sudah terlalu gaul. Mereka gak tau asiknya bawa kelereng pake sendok di mulut (kalo dipikir2, memang gak ada asiknya bawa sendok di mulut). Tapi nuansa dan atmosfer Kemerdekaan bisa membuat lomba2 itu menjadi sedemikian menariknya.
Saya pun kadang berpikir untuk membuat lomba 17-an. Ya, yang simple2 aja, seperti lomba mencuci motor, lomba menjilat es krim, lomba memukul nyamuk, lomba melipat baju, dan lomba2 lainnya Bagaimana? Kreatif bukan? Ya, ada beberapa orang yang bilang lomba2 itu gak jelas semua, dan saya yakin Anda termasuk dalam beberapa orang itu (waktu lomba2 itu saya ajukan ke ketua RT, dia malah nyuruh saya pergi ke psikiater).
Berbagai cara bisa dilakukan dalam memperingati dan merayakan Hari Kemerdekaan ini, ada yang membuat lomba, ada yang mengkritik pemerintah, ada yang meng-hack situs2, ada yang membuat puisi, menyanyi, ada  yang tidur, ada yang ikut upacara, ada yang mencuci motor, ada yang menulis postingan. Ya, banyak cara untuk memperingati 17-an, namun yang terpenting adalah apa yang ada dalam hati kita. Menghargai jasa2 para pahlawan, berusaha jadi warga Negara yang baik, dan bangga menjadi bangsa Indonesia, itulah yang terpenting (kok omongan saya jadi sedikit benar, sepertinya mulai terbawa suasana Kemerdekaan).
Dan perasaan tentang kemerdekaan ini, jangan hanya ada pada satu hari itu saja, 17 Agustus. Setiap hari, kita harus bangga menjadi bangsa Indonesia. Setiap hari kita harus bisa menjadi lebih baik untuk Indonesia kita ini.

Kutipan yang bagus menurutku.

Jika Merdeka itu gampang, kenapa harus menunggu tahun 45 untuk merdeka.
Jika Merdeka itu susah, kenapa semudah itu Kita sering melupakannya.


Terbang

X : batu apa yang bisa terbang?
Y : ...
X : batu ajaib
Y : (...krik...krik...krik...) *suara jangkrik


Ini postingan pertama di blog ini, jadi akan saya usahakan kelihatan cerdas.
Sekarang sudah hari puasa yang ke-4, gak terasa ya? Berarti bentar lagi lebaran (kecerdasan saya mulai terlihat). Ya, cukup basa-basinya, kita langsung ke topik pembicaraan.

Seperti tebak2an yang sangat (tidak) lucu di atas, saya akan membahas tentang ‘Terbang’. Pernahkah kalian bermimpi untuk terbang? Bukan terbang pake pesawat, tapi seperti Superman, Son Goku, Gatot Kaca, dan sejenisnya.
Saya dulu, ketika kecil (seingat saya, saya pernah kecil) pernah berharap agar bisa terbang. Berbagai cara dilakukan, pake handuk diikat di leher (ngikut Superman), pengen ngecat rambut jadi kuning (kayak Son Goku), ngemut2 kawat dan besi (biar kayak Gatot Kaca), tapi semua nihil, tak ada hasil (ya iyalah, ngemut2 kawat dan besi, masih hidup aja untung).
Terbang itu sepertinya enak. Kalo tiba2 kita iseng pengen megang lampu yang nempel di langit2, bisa dengan mudah. Kalo tiba2 pengen kentut, bisa kentut diatas. Kalo piring nyangkut diatas pohon (orang cerdas suka lempar2 piring ke atas pohon), bisa diambil juga dengan mudah.
Baru2 ini saya meng-google (gak enak dibaca ya, meng-google) dan saya temukan tentang manusia2 yang bisa terbang tanpa menggunakan alat apapun. Gak tau betulan apa gak. Bahkan katanya ada latihannya, yaitu Yogic Flying. Jadi pengen...
Tapi seiring pertumbuhan umur saya sampai saat ini, saya sadar kalo terbang itu bisa, tapi harus ada alatnya. Bisa pake pesawat, bisa juga pake gantole (sejenis layang2 yang besar dimana kita ikut terbang di layang2 itu, ada yang pake mesin ada juga yang gak pake), pake roket, atau pake baling2 bambu (kayak doraemon).
Dari semua alat yang ada, sepertinya yang paling mencerminkan terbang adalah gantole. Karena disitu kita bisa merasakan angin berhembus membelai wajah kita (puitis) dan kita bisa merasakan kaki kita tergantung bebas tanpa menginjak apapun, tidak seperti di pesawat dimana kita menginjak lantai pesawat. Dan kalo di pesawat kita nekat membuka jendela hanya untuk merasakan angin membelai wajah kita, siap2lah wajah kita akan dibelai dengan keras (bahasa halusnya : ditampar) oleh seluruh penumpang dan kru pesawat. Itupun kalo pesawatnya gak jatuh duluan.
Suatu saat, ya, suatu saat, mudah2an saya bisa mencoba terbang pake gantole. Saya ingin terbang. Keinginan itu tetap ada sampai sekarang. Saya ingin bisa menyentuh awan dengan tangan, saya ingin bisa merasakan lembut dan dinginnya awan.
Sebuah nasihat yang cukup indah menurutku.


Jika kau ingin terbang, terbanglah setinggi-tingginya. Karena jika nanti kau jatuh dan tidak bisa terbang lagi. Tidak akan ada penyesalan, karena kau sudah pernah mencapai batas tertinggimu. Batas yang mungkin orang lain tidak pernah mencapainya.