Kemerdekaan

X : Bagaimana cara batu merayakan kemerdekaan?
Y : ...
X : Dengan diam
Y : (...krik...krik...krik...) * jangkrik yang sama dengan postingan terdahulu
Berhubung hari ini tanggal 17 Agustus, dan tanggal di kalender lagi merah, jadi saya bakalan posting.
Tahun ini saya merayakan 17 Agustus-an bukan di kota kelahiran saya lagi. Ya, tuntutan pekerjaan sehingga saya harus keluar dari kampung halaman tercinta (hiks..hiks.. tunggu Mak, bentar lagi saya pulang...).
Disini perayaan yang ada kurang begitu menarik dan meriah. Sepertinya orang2 mulai pada lupa kalau tepat 65 tahun yang lalu pada hari ini, Indonesia berhasil memproklamasikan kemerdekaannya. Ya, walaupun 65 tahun yang lalu saya belum lahir dan menyaksikan proklamasi secara langsung.
Dulu waktu saya masih kecil dan tinggal di kampung, tiap 17-an selalu banyak lomba2 yang diadakan, seperti panjat pinang, balap karung, masukkan paku dalam botol, bawa kelereng pake sendok di mulut, nyanyi, nari, pawai (parade), dll. Dan dulu, saya biasanya selalu ikut lomba2 yang diadakan. Ya, hanya untuk senang2 saja.
Disini, suasananya sunyi, gak ada lomba2 buat anak2 kecil. Sepertinya anak2 kecil sudah teracuni oleh hal2 lain yang menurut saya tidak begitu bagus, seperti game online, facebook, BB, PS2, dan permainan lain yang kurang mendidik. Jadi mereka berpikir, buat apa main permainan yang sudah ketinggalan jaman.
Haahh... (ni lagi menghela napas, maaf kalo suaranya aneh). Anak2 sekarang sudah terlalu gaul. Mereka gak tau asiknya bawa kelereng pake sendok di mulut (kalo dipikir2, memang gak ada asiknya bawa sendok di mulut). Tapi nuansa dan atmosfer Kemerdekaan bisa membuat lomba2 itu menjadi sedemikian menariknya.
Saya pun kadang berpikir untuk membuat lomba 17-an. Ya, yang simple2 aja, seperti lomba mencuci motor, lomba menjilat es krim, lomba memukul nyamuk, lomba melipat baju, dan lomba2 lainnya Bagaimana? Kreatif bukan? Ya, ada beberapa orang yang bilang lomba2 itu gak jelas semua, dan saya yakin Anda termasuk dalam beberapa orang itu (waktu lomba2 itu saya ajukan ke ketua RT, dia malah nyuruh saya pergi ke psikiater).
Berbagai cara bisa dilakukan dalam memperingati dan merayakan Hari Kemerdekaan ini, ada yang membuat lomba, ada yang mengkritik pemerintah, ada yang meng-hack situs2, ada yang membuat puisi, menyanyi, ada  yang tidur, ada yang ikut upacara, ada yang mencuci motor, ada yang menulis postingan. Ya, banyak cara untuk memperingati 17-an, namun yang terpenting adalah apa yang ada dalam hati kita. Menghargai jasa2 para pahlawan, berusaha jadi warga Negara yang baik, dan bangga menjadi bangsa Indonesia, itulah yang terpenting (kok omongan saya jadi sedikit benar, sepertinya mulai terbawa suasana Kemerdekaan).
Dan perasaan tentang kemerdekaan ini, jangan hanya ada pada satu hari itu saja, 17 Agustus. Setiap hari, kita harus bangga menjadi bangsa Indonesia. Setiap hari kita harus bisa menjadi lebih baik untuk Indonesia kita ini.

Kutipan yang bagus menurutku.

Jika Merdeka itu gampang, kenapa harus menunggu tahun 45 untuk merdeka.
Jika Merdeka itu susah, kenapa semudah itu Kita sering melupakannya.


Terbang

X : batu apa yang bisa terbang?
Y : ...
X : batu ajaib
Y : (...krik...krik...krik...) *suara jangkrik


Ini postingan pertama di blog ini, jadi akan saya usahakan kelihatan cerdas.
Sekarang sudah hari puasa yang ke-4, gak terasa ya? Berarti bentar lagi lebaran (kecerdasan saya mulai terlihat). Ya, cukup basa-basinya, kita langsung ke topik pembicaraan.

Seperti tebak2an yang sangat (tidak) lucu di atas, saya akan membahas tentang ‘Terbang’. Pernahkah kalian bermimpi untuk terbang? Bukan terbang pake pesawat, tapi seperti Superman, Son Goku, Gatot Kaca, dan sejenisnya.
Saya dulu, ketika kecil (seingat saya, saya pernah kecil) pernah berharap agar bisa terbang. Berbagai cara dilakukan, pake handuk diikat di leher (ngikut Superman), pengen ngecat rambut jadi kuning (kayak Son Goku), ngemut2 kawat dan besi (biar kayak Gatot Kaca), tapi semua nihil, tak ada hasil (ya iyalah, ngemut2 kawat dan besi, masih hidup aja untung).
Terbang itu sepertinya enak. Kalo tiba2 kita iseng pengen megang lampu yang nempel di langit2, bisa dengan mudah. Kalo tiba2 pengen kentut, bisa kentut diatas. Kalo piring nyangkut diatas pohon (orang cerdas suka lempar2 piring ke atas pohon), bisa diambil juga dengan mudah.
Baru2 ini saya meng-google (gak enak dibaca ya, meng-google) dan saya temukan tentang manusia2 yang bisa terbang tanpa menggunakan alat apapun. Gak tau betulan apa gak. Bahkan katanya ada latihannya, yaitu Yogic Flying. Jadi pengen...
Tapi seiring pertumbuhan umur saya sampai saat ini, saya sadar kalo terbang itu bisa, tapi harus ada alatnya. Bisa pake pesawat, bisa juga pake gantole (sejenis layang2 yang besar dimana kita ikut terbang di layang2 itu, ada yang pake mesin ada juga yang gak pake), pake roket, atau pake baling2 bambu (kayak doraemon).
Dari semua alat yang ada, sepertinya yang paling mencerminkan terbang adalah gantole. Karena disitu kita bisa merasakan angin berhembus membelai wajah kita (puitis) dan kita bisa merasakan kaki kita tergantung bebas tanpa menginjak apapun, tidak seperti di pesawat dimana kita menginjak lantai pesawat. Dan kalo di pesawat kita nekat membuka jendela hanya untuk merasakan angin membelai wajah kita, siap2lah wajah kita akan dibelai dengan keras (bahasa halusnya : ditampar) oleh seluruh penumpang dan kru pesawat. Itupun kalo pesawatnya gak jatuh duluan.
Suatu saat, ya, suatu saat, mudah2an saya bisa mencoba terbang pake gantole. Saya ingin terbang. Keinginan itu tetap ada sampai sekarang. Saya ingin bisa menyentuh awan dengan tangan, saya ingin bisa merasakan lembut dan dinginnya awan.
Sebuah nasihat yang cukup indah menurutku.


Jika kau ingin terbang, terbanglah setinggi-tingginya. Karena jika nanti kau jatuh dan tidak bisa terbang lagi. Tidak akan ada penyesalan, karena kau sudah pernah mencapai batas tertinggimu. Batas yang mungkin orang lain tidak pernah mencapainya.